Langsung ke konten utama

Postingan

National Chung Cheng University (CCU), Chiayi, Taiwan

Hi guys, karna aku jarang banget isi blog ini, jadi kali ini, petualanganku kusingkat dengan jelasin gambar-gambar ini aja ya. Nah, aku sampai di Taiwan, kalau ga salah 04 September 2016, sampai di dorm itu 12am (tengah malam), sampai di Touyuan Airport sih jam 3 sore tapi karna baru kita asik foto dibandara, kaget pas lihat antrian imigrasi panjang banget, padahal masih harus ambil bagasi, jadi ketemu temen yang jemput uda jam 5 atau 6 kalau ga salah.  Di foto ini, aku cewek urutan ke-3 dari depan, paling depan itu Desman (asal Surabaya, CYCU), Pak Marzuki (Bapak beranak 2 hahaa, NTUST), aku (CCU), Trisno (S1 Fisika USU, NCKU), dan Kristina (S1 Matematika, CYCU). Ini temen-temen ngegembelku di Malaysia, nyampe Malaysia sekitar jam 10 malam terus baru berangkat lagi pagi harinya jam 10, 12 jam ngegembel guys HAHAHA. Modal minum Sup aja di McD, kita tidur sepuasnya, ada wifi 24 jam lagi. Yang gak enak tuh disini pemeriksaan imigrasinya, waktu itu sih cewek kasar ban
Postingan terbaru

National Chung Cheng University [Taiwan, ROC]

Masih ingat film METEOR GARDEN? Kampus Chung Cheng merupakan kampus indah salah satu tempat syuting film tersebut. Universitas negeri ini berdiri sejak tahun 1989 terletak di bagian tengah dari Chia-yi County, 15 kilometer dari Kota Chia-yi, sekitar 250 kilometer selatan Taipei. Kampus ini menempati lanskap terbuka dari 132 hektar di bukit, dengan lebih dari 200.000 pohon dari berbagai jenis. Bangunan yang elegan dari gaya arsitektur yang berbeda, dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi, ruang terbuka hijau, dan jalan berliku yang diapit dengan pohon-pohon berbunga dan semak-semak mekar di musim yang berbeda. Kampus ini memiliki sebuah taman yang indah dengan ketenangan dan keterbukaan, dan sangat mudah mendapatkan udara segar dibandingkan dengan kampus-kampus yang lebih urban Taiwan. Gedung Gymnasium adalah salah satu konstruksi yang paling indah dan mahal di Taiwan selatan. Ini memiliki dua kolam renang ukuran Olimpiade (satu di dalam ruangan dan satu di luar ruang

Catatan hari ini...

Ketika kita mengatakan 'berhentilah' pada masalah, maka seketika itu manusia seharusnya sudah mati, selama hidup manusia akan terus diikuti masalah, tapi saatnya tiba manusia akan menyadari hidup itu hambar ketika masalah tidak ada, kita tidak akan menghargai senyuman dan senyuman tidak akan berasa dalam tanpa melewati masalah. Sama halnya, ingin bilang 'udah cukup' sama hari-hari yang sulit kuterjemahkan sendiri tapi aku belajar menerima karena aku masih ingin hidup. Sulit sekali menjalani hari tanpa arahan, aku meraba dan menemukan sendiri solusi tapi ketika aku berjalan, solusi itu menjadi bencana.  

Travelling in Lampung Island

Bicara soal liburan emang ga ada habisnya, bosan dengan ibukota yang serba glamor ga jelas, kita beranjak ke pantai. Tepat tanggal 30 April 2015 malam, saya masih harus menyelesaikan billing dikantor sampai jam 7.30 pm, terpaksa buru-buru ijin pulang duluan. Sesuai dengan prediksi ini bakal macet panjang karena akan ada libur dan kejepit di weekend. Jadilah saya berpikir keras gimana menjangkau gambir dari daerah ciputat, kantor. Angkot ciputat emang banyak banget yah hampir mirip sama bogor tapi ngetemnya yaowoh dimana mana, sabar aja deh, WA temen saya pun masuk tulisannya warning, jangan masuk tol dalam kota, uhm ya good information. Sampailah akhirnya jam8 di terminal lebak bulus dan masuklah saya ke bis P20 kopaja yang katanya lewat gambir. Singkat cerita saya ngobrol dengan salah satu penumpang, "mba ini berapa lama ya nyampe gambir kira kira?", " cepet kok, kan masuk jalur busway trus tol dalam kota..". Apah? tol dalam kota, sgera saya jawab, kayanya saya

Every Hi has its Goodbye, Every Happiness has its Tears, It's called LIFE

Aku masih ingat pertama kali aku menapaki Ibukota, 2012. Aku menaruh banyak harapan dengan kota ini, aku bisa meninggalkan tekanan rumah dan memulai dengan diri sendiri. Awalnya aku tinggal bersama dengan saudaraku dan berimajinasi akan memiliki hubungan yang baik sama seperti saudara-saudara lainnya yang diperlakukan keluargaku dirumah kami. Layaknya berharap menjadi seorang anak dirumah itu, aku membayangkan memiliki tempat yang nyaman untuk mempersiapkan diri ujian-ujian kerja, minimal nyaman. Sesampai aku dirumah itu, itu adalah sebuah kios usaha air minum, bukan rumah, tinggal bersama bertiga dan menjaga kios sampai jam 12 malam dan bangun dipagi hari jam setangah 6 pagi, aku belum bisa menyesuaikannya, beberapa kali aku ditegur. Aku sangat menerima itu dan sadar kalau aku hanya menumpang. Aku harus berbelanja dan memasak setiap hari untuk 6 orang dan menerima beberapa kritikan atas masakan, katanya masakanku terlalu banyak, boros, ini terlalu royal dan menghabiskan uang mereka